7 Jurus Penghancur Bangsa

Diskusi Kecil di NR Usai Saur

Sesuai judul catatan kecil ini, ada beberapa asumsi yang telah menjadi kredo global karena tengah berlangsung secara terstruktur, sistematis dan masive di pelbagai belahan dunia dengan beragam isu, modus dan aneka kedok. Antara lain yaitu:

Pertama: “Melalui Utang”. Kredo ini merujuk pada tesis John Adams beberapa abad silam: “Ada dua cara menaklukkan dan memperbudak sebuah bangsa. Pertama dengan pedang, kedua melalui UTANG” (1725-1825). Dan agaknya, wajah kolonialisme lewat penggunaan pedang/militer telah dianggap usang alias masa lalu, ia kini berwajah ekonomi;

Kedua: “Hancurkan Intelijen” baik sebagai fungsi maupun intelijen sebagai institusi. Intelijen dibuat kurang berfungsi bahkan tidak berperan sebagaimana mestinya. Ibarat mata dan telinga, ia menjadi buta dan tuli atas permasalahan yang tengah terjadi terutama persoalan hulu yang melilit bangsanya. Bahkan yang sangat memprihatinkan, kerap kali –tidak setiap kali– justru ia (intelijen) menjadi bagian dari permasalahan itu sendiri;

Ketiga: “Lemahkan Lembaga Riset”. Dengan kata lain, entah institusi riset dan teknologi tersebut dibubarkan, misalnya, atau diberi porsi anggaran kecil, atau ditempatkan orang-orang yang tidak memiliki kompetensi baik di bidang knowledgeskill maupun attitude di bidang riset dan lain-lain.

Dalam diskusi kecil di WAG NR sehabis saur (6/5/21), Pak Widjojo Soejono, senior Jenderal TNI (Purn) menambahkan dua poin selain tiga hal di atas, yaitu 1) cukupi/beseli (suap) kebutuhan lapisan atas secara selektif; 2) publik dijejali dengan opini bahwa Perang Generasi IV itu tak ada.

Memasuki subuh, Pak Prijanto, Mayjen TNI (Purn) mantan Wagub DKI Jakarta menambahkan dua poin lagi agar klop menjadi tujuh. Dua poin tersebut antara lain: 1) penetrasi politik melalui pengrusakan konstitusi untuk pengendalian aturan perundang-undangan di bawahnya; 2) merusak paradigma bangsa melalui penjungkirbalikan nilai-nilai falsafah, budaya dan sejarah bangsa.

Dengan demikian, simpulan atas diskusi kecil di forum NR, sekurang-kurangnya — ada tujuh kredo untuk memperbudak sebuah bangsa. Antara lain sebagai berikut:

1. Gelontori utang hingga negara target kesulitan untuk mengembalikan, bahkan mencicil bunganya pun ‘megap-megap’;

2. Hancurkan peran serta fungsi intelijen sehingga bangsa dan negara tersebut berjalan dengan cara meraba-raba oleh karena ‘buta dan tuli’ (tidak paham) siapa sejatinya musuh bersama, darimana titik berangkat bersama, dimana titik tuju bersama, apa nilai bersama, bahkan tidak mengenali JATI DIRI-nya sendiri;

3. Lemahkan lembaga-lembaga risetnya dengan berbagai cara dan modus. Kenapa? Di negara manapun, riset berperan sebagai lokomotif perubahan. Ia merupakan instrumen penting bagi perjuangan karena riset berorientasi pada cita-cita (negara);

4. Cukupi kebutuhan lapisan atas dengan cara suap secara selektif sehingga tidak peka alias ‘mbudeg‘ atas peristiwa yang sesungguhnya terjadi;

5. Jejali publik dengan opini bahwa Perang Generasi IV itu tidak ada. Jadi, ketika ada by design oleh kepentingan (kolonialisme) asing, misalnya, hal itu dianggap wajar serta baik-baik saja. Seolah tidak ada apa-apa;

6. Penetrasi Politik melalui pengrusakan konstitusi —misalnya amandemen empat kali UUD 1945— guna mengendalikan aturan dan perundang-undangan di bawahnya. Dan tak boleh dipungkiri, akibat amandemen UUD 1945 yang mengubah teks aslinya — telah membidani banyak UU yang justru pro kepada asing;

7. Merusak paradigma bangsa melalui penjungkirbalikan nilai-nilai falsafah, budaya dan sejarah bangsa. Nilai leluhur dicabut diganti dengan nilai asing, budaya dirusak, bahkan sejarah pun dikaburkan atau dibengkokkan.

Mudahnya mempengaruhi orang lain

Ceritanya begini,

Ada seorang kelompok penjahat menyandera 67 orang dalam perampokannya.

Salah satu anggotanya tertangkap polisi, diinterogasi, dan tidak mau mengaku, bahkan

dia sudah ditawari keringanan hukuman, ia keukeuh, tak mau membocorkan rencana.

Akhirnya ia dikirim ke penjara kelas kakap, katakanlah Nusakambangan.

Dalam perjalanan menuju Nusakambangan, tiba tiba konvoi mobil polisi berhenti.

Dihentikan oleh 5 orang Berwajah Eropa.

Mobil pertama, karena polisi menembak semua ditembak. Mati.

Pada mobl yang membawa si Tokyo ini, Dipasangi Bom waktu 30 detik.

Pada detik yang menunjukan angka 3, 2, 1, dua polisi meloncat dari ruang sopir.

Mereka hidup. Tidak mati, karena tidak melawan.

Kemudian dua penjaga di bagian belakang van, siap siap menembak.

Menodongkan pistol, ke arah pintu. Terbukalah pintu Van dari luar.

Beberapa detik, Bertatapan mata dengan 5 orang berkeyakinan tinggi.

Satu Polisi menjatuhkan pistolnya.. kemureb, menyerah.

“Saya Menyerah!” katanya sambil membuang pistol dan tangan di belakang kepala, telungkup.

Polisi satunya lagi, menodongkan pistol ke Tokyo yang kedua tanganya diborgol.

Petugas ini, mengancam : “Jatuhkan Pistol kalian! Atau Saya tembak Keparat ini!”

Dengan mantap, dan santai, lancar cenderung cepat, Si pimpinan Eropa Menjawab :

“Jika kau menembaknya, kau mati. Jika kau tembak aku, kau mati. Jika Kau membebaskannya, kau hidup.”

Santai, berwibawa. Suaranya.

Apa yang akan mungkin dilakukan petugas?

SINAU BASA JAWA

SINAU BASA JAWA

Sinau Tembung Basa Jawa Kuna

Kaaran Basa kawi

Ateges wiwitan utowo kawitane Basa

Awit ngoko madya krama iku

Basa jowo ing mangsa kasusastran

Yaiku mangsaning jawa jawi

BAHASA INDONESIA : BAHASA JAWA

BUMI : Bumi, Bawana, Basundara, Mandala, Pratiwi, Pratolo

MATAHARI : Srengenge, Baskoro, Arko, Aruna, Prabangkoroo, Diwangkoro, Radite, Surya

BULAN : Rembulan, Sasi, Wulan, Ratih, Kirana, Sangkoro, Badra, Sasongko, Candra

BINTANG : Lintang, Sudomo, Trenggono, Sukra, Ganera, Karwikaya, Kartika

LANGIT : Angkoso, Rawisworo, Jumantoro, Antarikso, Lirang, Gegono, Boma, Dirgantoro

GUNUNG : Wukir, Ancolo, Parwoto, Aldoko, Dri, Argo, Giri, Maloyo

LAUT : Segoro, Jolodri, Ernowo, Jolonidhi, Samudro

HUTAN : Alas, Wono, Rimba, Taratab, Pringgo, Jenggolo

SEMESTA : Jagad, Rat, Wretiko, Lokika, Paramusito, Pramudito

ANGIN : Angin, Bayu, Bajro, Wayu, Wawono, Sadoko

API : Geni, Agni, Bromo, Pawoko, Anolo, Grakso, Dahono

AIR : Banyu, Jala, Toya, Woyo, Her, Sindu, Sundo, Udoko, Tirto

TANAH : Lemah, Kismo, Siti, Bantolo, Bumijo

UDARA : Udara, Awang awang, Ambara, Nawasanga, Tawang, Namu namu

BADAI : Lesus, Poncowora, Bajropati, Prahara, Sindhung bisoko, Maruto

MEGA : Imantoro, Nirodo, Kuwera, Sanggono, Wataragono

MENDUNG : Mendhung, Andanu, Rawan, Rumung, Danuro, Windakoro, Jolodoro, Jolodho

GUNTUR : Gelap, Grakso, Kupoko, Guntur, Bledheg

GURUH : Gludhug, Gurnito, Guruh, Gepoh, Gurno

PETIR : Kilat, Tathit, Laban, Procolito, Wagyuto, Wagyutmoko

HUJAN : Udan, Riris, Warso, Wawarso, Wresti, Jawah, Jaweh, Jawuh

Lor, Kulon, Wetan, Kidul

Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, Sad, Sapta, Hasta, Nawa, Dasa

MERAH : Abang, Rekto, Abrit, Dadu, Ambranang

HITAM : Ireng, Langking, Kresno, Cemeng

PUTIH : Putih, Pingul, Pethak, Seto

KUNING : Kuning, Kapuranto, Pita, Jenar

HIJAU : Ijo, Ijem, Wilis

BIRU : Biru, Nila, Maya

————————————————

CAHAYA : Cahyo, Lengkowo, Kaluwung, Tejo

DARAH : Getih, Marus, Ludiro, Rah, Rudhiro

TUBUH : Awak, Onggo, Tuhu, Linggo, Kawonggo, Sariro

HATI : Sota, Drongso, Cita, Nolo, Twas, Tyas

PERASAAN : Galih, Driyo, Cita, Praya, Ambek, Budhi

ATI : Kulung, Kukulung, Talatnyono, Lembono

MATA : Mripat, Soca, Locana, Tingal, Nayana, Netro

BUNGA : Kembang, Sekar, Puspito, Gito, Puspo, Kusumo

IKAN : Wiyanggo, Mina, Jita, Maswo, Iwak

BINATANG : Sato, Atogo, Satwa, Wregono, Mergu, Lubono

BURUNG : Manuk, Kukila, Peksi, Garuro, Saimbro, Kogo

TEMPAT : Enggon, Papan, Podo, Swono, Sono, Loka, Astono

RUMAH : Omah, Griyo, Yoso, Panti, Wismo

MATI : Sedho, Leno, Praloyo, Antoko, Lalis, Pejah

HIDUP : Urip, Gesang, Daru, Tubu, Atmo, Jiwito

ORANG : Wong, Jono, Janmo, Uwong

MUDA : Nom, Nem, Mudha, Taruno

TUA : Tuwo, Sepuh, Wredha

WANITA : Arum, Estri, Reni, Retno, Dyah, Duhito, Wanito, Wanudyo, Padni

LELAKI : Lanang, Priyo, Janoko, Jaler, Gono, Noro

PESANGGRAHAN : Panekungan, Pasemaden, Paheningan, Pahoman, Pasemadyan, Pamursitan, Pamelengan

KERATON : Kedhaton, Karatyan, Pura, Puri, Purono, Puroko

RAJA : Narendro, Narpo, Dipa, Sinuhun, Katong, Sri, Prabu, Pamoso, Rojo

RATU : Garwo Rojo, Narendro Garini, Nareswari, Notoreni, Duhito, Padmi Noto, Prameswari

MAHARAJA : Ratu

SINAU BASA JAWA